Sejarah Kalijodo
4:15 PM
Ternyata
lokalisasi Kalijodo punya nilai sejarah dalam perkembangan kota Jakarta.
Dulunya, Kalijodo adalah sebuah lokasi sentral ekonomi yang menghidupkan Jakarta.
Asal mula Kalijodo itu sendiri sebenarnya merupakan tempat persinggahan etnis
Tionghoa yang mencari gundik atau selir.
Melirik ke beberapa abad silam sekitar tahun
1600-an, Jakarta masih terkenal dengan nama Batavia. Pada masa
kekuasaan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), mayoritas penduduk yang ada
di sana adalah etnis Tionghoa.
Masyarakat berlatar belakang etnis Tionghoa ini
adalah orang-orang yang melarikan diri dari Manchuria. Wilayah yang dulunya
terletak di dekat perbatasan Korea Utara dan Rusia ini sedang mengalami
perang. Saat melarikan diri ke Batavia, mereka tidak membawa istri, sehingga
mereka pun akhirnya mencari gundik atau pengganti istri di Batavia.
Dalam proses pencarian
gundik, mereka kerap kali bertemu di kawasan bantaran sungai. Lalu tempat
yang dijadikan dianggap menjadi pertemuan pencarian jodoh dinamakan
Kalijodo. Dalam bahasa Jawa artinya “Sungai Bertemunya Jodoh”.
Calon gundik kebanyakan berasal dari perempuan lokal.
Para calon gundik ini mayoritas didominasi oleh
perempuan lokal. Para gadis pribumi akan menarik pria etnis Tionghoa
dengan menyanyi lagu-lagu klasik Tionghoa di atas perahu yang tertambat di
pinggir kali. Pada masa tersebut, perempuan yang akan menjadi gundik disebut
Cau Bau. Cau Bau dianggap memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan
pelacur. Kendati demikian, di lokasi tersebut masih berlangsung aktivitas
seksual dengan transaksi uang.
Cau Bau artinya adalah perempuan. Cau Bau ini bisa
disamakan dengan Geisha dalam kebudayaan Jepang. Mereka bukan bertujuan
untuk melacur, tapi perempuan tersebut menghibur dan mendapatkan uang atas
pekerjaannya.
Kalijodo pada abad Milenium
Seiring berjalannya waktu pada abad 20, Kalijodo
kini telah berkembang menjadi tempat hiburan yang tidak hanya diincar para pria
asal etnis Tionghoa. Bahkan masyarakat pribumi dan etnis lain juga ikut
menikmati. Alhasil, hal ini pun membentuk Kalijodo sebagai sebuah tempat yang
terkenal dengan daerah pelacuran. Bahkan setelah pemerintah menutup lokalisasi
pelacuran Kramat Tunggak pada tahun 1999, Kalijodo kian ramai dikunjungi.
Faktanya, orang Jakarta sejak zaman dulu selalu
menamakan suatu tempat berdasarkan peristiwa yang pernah terjadi. Contohnya
adalah Kalijodo yang dulunya sering digunakan para gadis
dan pria berpacaran. Dan berakhir dengan perjodohan.
Selain itu, tiap tahun
di tempat ini juga sering diselenggarakan pesta Peh Coen Imlek. Pesta ini
sering didatangi oleh muda-muda yang ingin menyaksikan beragam keramaian,
seperti barongsai, pesta ngibing diiringi gambang keromong dan
lain-lain.
sumber:
http://www.idntimes.com
0 comments