Bakteri Pemakan Plastik
6:22 PM
Menurut
para ilmuwan bahan plastik yang tertimbun di dalam tanah membutuhkan waktu
ribuan tahun baru bisa diuraikan sepenuhnya oleh bakteri. Namun hal itu tidak
lagi akan menjadi masalah, karena sudah ditemukan cara agar proses penguraian
plastik oleh bakteri . Sampah plastik akan hancur dalam waktu yang luar biasa
singkat, hanya tiga bulan berdasarkan hasil penelitian untuk jumlah tertentu, dibanding
perkiraan ilmuwan sekitar 200 hingga 1000 tahun. Ini merupakan pekerjaan
makhluk sangat kecil bernama bakteri Sphingomonas dan Pseudomonas.
Pada
tahun 2009, Daniel Burd, seorang remaja siswa sebuah SMP di Waterloo, Kanada
adalah penelitinya. Dengan bantuan gurunya, Mark Menhennet, dia mengadakan
penelitian tersebut. Pertama-tama, ia memasukkan sejumlah kantong plastik ke
dalam sejenis tepung. Berikutnya, ia menggunakan bahan kimia rumah tangga
biasa, yaitu ragi dan air bersih untuk menciptakan suatu solusi yang akan
mendorong pertumbuhan mikroba. Untuk itu, ia menambahkan bubuk plastik dan
tanah. Kemudian campuran bahan itu ditempatkan dalam alat pengocok pada suhu
kamar 30 derajat. Setelah tiga bulan terjadinya peningkatan konsentrasi jumlah
mikroba pemakan plastik, Burd menyaring keluar bubuk plastik sisa dan menaruh
kultur bakterinya ke dalam tiga botol berisi lembaran-lembaran potongan plastik
dari kantong kresek belanja. Sebagai alat kontrol, dia juga menambahkan plastik
ke dalam botol-botol berisi air mendidih yang berakibat kultur bakterinya mati.
Enam
minggu kemudian, dia menimbang berat lembaran-lembaran plastik.
Lembaran-lembaran dalam botol kontrol beratnya tetap. Tetapi lembaran-lembaran
plastik yang berada bersama kultur bakteri yang hidup beratnya rata-rata
berkurang 17 persen. Itu belum memuaskan Burd. Untuk mengidentifikasi bakteri
di dalam kulturnya, ia membiarkan mereka tumbuh pada piring agar-agar dan dia
mendapati ada empat jenis mikroba. Ia mengujinya pada lebih banyak
lembaran-lembaran plastik dan menemukan hanya pada yang kedua penurunan berat
plastik terjadi secara signifikan. Berikutnya, Burd mencoba mencampur mikroba
paling efektif tadi dengan mikroba lainnya. Dia menemukan mikroba pertama dan
kedua secara bersama-sama menghasilkan 32 persen penurunan berat
lembaran-lembaran plastik. Dia berteori mikroba yang pertama menolong mikroba
kedua bereproduksi.
Dari
test-test untuk mengidentifikasi mikroba didapati mikroba kedua adalah bakteri
Sphingomonas dan bakteri penolong itu adalah Pseudomonas. Seorang peneliti di
Irlandia sudah menemukan bakteri Pseudomonas mampu menurunkan jumlah
polystyrene (sejenis karet sintetis), tetapi sejauh ini baru Burd dan gurunya
itu yang diketahui pertama kali melakukan riset pada tas plastik berbahan
polyethelene. Berikutnya, Burd menguji efektivitas mokrobanya pada temperatur
dan tingkat konsentrasi yang berbeda-beda serta dengan penambahan sodium asetat
sebagai sumber karbon yang sedia untuk membantu pertumbuhan bakteri. Pada suhu
37 derajat dan konsentrasi bakteri yang optimal, dengan sedikit tambahan sodium
asetat ke dalamnya, Burd mencapai 43 persen penurunan dalam enam minggu. Plastik
dihabiskannya dengan lebih nyata dan jelas dan lebih mudah, dan Burd menebak
setelah enam minggu lagi, plastik itu akan musnah. Namun dia belum mencobanya. Untuk
melihat bagaimana prosesnya akan berlangsung pada skala yang lebih besar, ia
mencoba dengan lima atau enam kantong yang utuh dalam sebuah ember yang berisu
kultur bakteri. Dan ternyata berhasil dengan baik. Aplikasi pada industri
seharusnya juga mudah, kata Burd. “Semua yang anda butuhkan adalah sebuah
fermenter, yakni medium pertumbuhan, mikroba-mikroba dan kantong plastik.” Bahan-bahan
itu murah, untuk menjaga stabilitas temperatur yang diperlukan hanya sedikit
energi karena mikroba menghasilkan panas sendiri ketika proses berlangsung, dan
satu-satunya limbah adalah air dan sedikit karbon dioksida. Setiap mikroba
menghasilkan hanya 0,01 persen karbon dioksida dari beratnya yang sangat kecil
sekali, kata Burd. Hasil penelitian oleh remaja SMP ini merupakan sebuah
langkah raksasa yang sangat maju, di mana kita menggunakan alam untuk
memecahkan masalah yang dibuat oleh manusia.
Tahun ini ilmuwan dari Jepang
meneliti hal yang sama. yakni bakteri bernama Ideonella sakaiensis
201-F6. Bakteri ini sangat spesial karena mampu 'makan' plastik sebagai sumber
energi utama tubuh mereka. Berdasarkan penelitian dari Universitas Keio, Ideonella
sakaiensis mampu mengancurkan lapisan tipis polyethylene terephthalate
(bahan utama plastik) dalam 6 minggu dalam suhu 30 derajat Celsius. Bakteri
tersebut mampu menghasilkan enzim ISF6-4831 dan ISF6-0224 yang terbukti bisa
menguraikan limbah plastik.
Bakteri pemakan plastik 2016 Shosuke
Yoshida
Sayangnya,
waktu 6 minggu masih diangap terlalu lama bagi ilmuwan. Oleh sebab itu, mereka
sedang mencari cara untuk meningkatkan kecepatan penguraian bakteri Ideonella
sakaiensis. Dari banyak penelitian lain pula, untuk saat ini hanya bakteri Ideonella
sakaiensis yang mampu menguraikan plastik.
Plastik
memang terus tumbuh menjadi masalah pencemaran utama planet ini sejak pertama
kali digunakan di abad ke-20. Bayangkan saja, saat ini penggunaan plastik per
orang di Eropa dan Amerika mencapai 60-80 kilogram per tahun. Plastik yang
notabene dibuat melalui proses kimia tidak banyak memiliki zat organik atau
enzim bawaan, sehingga sangat sulit untuk diurakan mikroba di alam bebas.
Sumber:
http://www.merdeka.com
http://sahabatnegen.blogspot.co.id
0 comments